Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat hasil positif dari kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Amerika Serikat (AS) berupa adanya rencana investasi negara tersebut sebesar US$ 2,4 miliar atau sekitar Rp 32,4 triliun (kurs Rp 13.500). Kepala BKPM Franky Sibarani mengatakan, rencana investasi AS ke Indonesia masing-masing adalah sektor makanan, Perusahaan rental alat berat di semarang minuman dan tembakau sebesar US$ 1 miliar dalam bentuk perluasan investasi, kelistrikan US$ 600 juta, hilirisasi sektor agro sebesar US$ 750 juta, industri alat berat/permesinan US$ 12 juta, serta sektor kertas dan percetakan, masing-masing dalam bentuk statement of investment. “Rencana investasi yang diidentifikasi BKPM tersebut merupakan bagian dari kesepakatan bisnis
Indonesia dan Amerika senilai US$ 20 miliar. BKPM akan terus mengawal agar rencana investasi yang sudah disampaikan tersebut dapat segera direalisasikan terutama yang perluasan, serta masuk dalam tahap pengajuan izin prinsip untuk yang masih dalam bentuk statement of investment,” ujarnya usai kegiatan US-Indonesia Investment Summit di Washington DC, Senin (26/10/2015) waktu setempat. Franky menambahkan, dari rencana investasi yang disampaikan oleh inevstor AS dalam kunjungan di Washington D.C. ini, BKPM melihat target diversifikasi investasi AS ke Indonesia tercapai, karena sektor usaha yang dimasuki di luar sektor pertambangan. BKPM mencatat, sejak tahun 2010 hingga triwulan III-2015, investasi AS di Indonesia sebesar US$
8,0 miliar, di mana lima sektor terbesar adalah pertambangan US$ 7,2 miliar, perdagangan/reparasi US$ 258 juta, industri makanan US$ 167 juta, industri alat angkut US$ 142 juta, dan industri kimia/farmasi US$ 56 juta. “Porsi investasi sektor pertambangan mencapai 90% keseluruhan investasi Amerika di Indonesia,” papar Franky. Selain rencana investasi AS ke Indonesia, BKPM juga mencatat adanya outward investment perusahaan Indonesia ke AS sebesar US$ 175 juta, yang akan dilakukan oleh PT Saka Energi, anak perusahaan PGN (Perusahaan Gas Negara). Perusahaan yang bergerak di bidang pengangkutan dan distribusi gas ini, akan bekerja sama dengan Swift Energy Company (Perusahaan Amerika) untuk eksplorasi
dan eksploitasi gas di wilayah Fasken di the Eagle Ford Trend di Webb County, Texas. “Nilai investasi yang direncanakan sebesar US$ 175 juta, nilai ini setara dengan 36% hak Swift Energy di Texas atas wilayah Fasken tersebut,” ungkapnya. Lebih lanjut, Franky menambahkan, BKPM mendukung outward investment ini karena memiliki nilai strategis mendukung ketahanan energi di Indonesia, di mana gas yang dihasilkan akan digunakan untuk mendukung pemenuhan kebutuhan gas di Indonesia. BKPM akan mendukung sepenuhnya rencana outward investment perusahaan Indonesia ke luar negeri. Kesepakatan rencana investasi tersebut merupakan bagian dari kesepakatan bisnis antara perusahaan Indonesia dan AS sebesar US$ 20 miliar
atau setara dengan Rp 273,4 triliun, yang terdiri dari 12 kesepakatan bisnis di antaranya di bidang energi, transportasi dan perluasan pabrik. Pada saat yang sama juga diumumkan enam kesepakatan bisnis antara lain di bidang energi, konservasi air dan perbankan syariah. Sebelumnya, saat bertemu dengan Presiden Barrack Obama, Presiden Jokowi membahas beberapa hal terkait isu ekonomi antara lain pengembangan potensi ekonomi digital. Menurut Jokowi, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi ekonomi digital terbesar di dunia dan sektor tersebut menjadi salah satu prioritas pengembangan ekonomi lainnya. Isu ekonomi lainnya yang diangkat adalah seputar minat Indonesia untuk bergabung dalam kesepakatan Trans
Pacific Partnerships (TPP). Menurut catatan BKPM, AS termasuk sepuluh rental alat berat semarang besar negara yang paling banyak menanamkan modalnya di Indonesia. Realisasi investasi AS pada periode Januari-September 2015 sebesar US$ 854 Juta. Sementara itu, total investasi AS di Indonesia periode 2010-September 2015 sebesar US$ 8,0 miliar dan menduduki peringkat ke-3 di bawah Singapura dan Jepang.
AS Investasi Mamin, Listrik, Hingga Alat Berat Rp 32,4 T ke RI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar