Senin, 27 Juli 2015

Aga Khan IV Buka Pusat Kultur Islam di Kanada

Kalangan arsitek dipastikan mengenal tokoh ini. Keturunan Iran (bahkan disebut-sebut mempunyai darah Nabi Muhammad SAW) yang bermukim di Inggris ini, setiap tiga tahun sejak 1977 mengadakan “kompetisi” di bidang arsitektur dan lingkungan perkotaan. Sejumlah pengembangan di Indonesia pernah menerima Aga Khan Award for Architecture ini, seperti Pondok Pesantren Pabelan (Muntilan, service office jakarta Jawa Tengah), Masjid Saïd Naum Jakarta, peremajaan Kampung Kebalen Surabaya serta lansekap Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang. Aga Khan IV, pencetus penghargaan itu ialah salah satu orang kaya dunia. Dengan harta senilai 800 juta dollar AS (Rp 10,8 triliun) pada tahun 2010, Forbes menempatkannya dalam 10 keturunan raja terkaya di


dunia. Selain arsitekur, filantropis ini pun peduli pada pengembangan seni, budaya, sejarah serta pendidikan, & agama. Itulah sebabnya, Aga Khan membangun pusat kultur Islam di Toronto, Kanada, yg salah satu misinya merupakan mengenalkan kultur serta sejarah Islam kepada dunia serta dibuka secara resmi Mei lalu. Berlokasi di 7 Wynford Drive, tdk jauh dari Eglinton Avenue, selain museum, di tapak seluas 6,8 ha jg berdiri Ismaili Center dan Aga Khan Park. Area ini didesain oleh dua arsitek asal Kanada, Moriyama and Teshima, tapi dua gedung utama dan tamannya dirancang oleh arsitek berbeda. Museum Aga Khan didesain oleh Fumihiko Maki asal Jepang,


Ismaili Center oleh Charles Correa, arsitek dari India & tamannya oleh desainer lansekap kelahiran Lebanon, Vladimir Djurovic. Maki mendesain Museum Aga Khan dengan gaya modern. Dinding luarnya berlapis granit Brazil dikombinasikan dgn kaca dan alumunium, sementara dinding interiornya berlapis batu limestone asal Italia berkombinasi kaca berpola & baja & alumunium. Lantainya didesain berpola mosaik, gabungan batu alam asal Prancis & Brazil, granit Namibia & kayu asal Indonesia. Bagian utama gedung ini adalah sebuah courtyard terbuka yg dikelilingi oleh dinding kaca tebal setinggi 13 meter yang dirancang dengan pola mashrabiya. Dgn luas 10.500 m2, museum ini dibagi dlm beberapa galeri pameran,


sebuah auditorium & gudang. Koleksi permanen museum ini ialah seribu artefak, termasuk manuskrip, lukisan, keramik, gelas & instrumen keilmuan yang semua terkait dengan peradaban Islam dari abad ke-18. Sejumlah program telah disiapkan, antara lain pameran dari koleksi seni kontemporer Barjeel Art Foundation Sharjah, karya 12 seniman asal Timur Tengah dan Afrika Utara. Adapun Ismaili Center (8.300 m2) lebih berupa sekumpulan ruang utk aktivitas pengenalan dan pendalaman kultur & agama Islam. Yaitu ruang shalat, perpustakaan, kelas, lounge dan ruang-ruang sosial lain. Sementara tamannya (2.300 m2), didesain dgn konsep introspektif, ”Terinspirasi dari taman-taman islamis yang menenangkan serta seakan mengajak siapapun utk memperlambat


semua gerak,” terang Djurovic. Dilengkapi dengan 1.600 m jalur pejalan kaki, inti taman ini adalah lima reflecting pools berbahan granit hitam. Rancangannya begitu filosofis, yg dilandasi nilai-nilai tradisional universal. Ngga kalah dengan bangunannya yg bermaterial dari segala penjuru dunia, taman ini pun ditanami aneka tanaman dari banyak belahan bumi. Antara lain Rosaceae family asal belahan bumi Utara, Russian sage, cedar hedges, rose glow barberry & Chinese wisteria. Pepohonan itu dipilih yg tahan virtual office jakarta terhadap cuaca Kanada, sekaligus menarik burung & kupu-kupu, sehingga dapat dikunjungi sepanjang tahun. Proyek ini merupakan proyek kesembilan the Aga Khan Trust for Culture (AKTC), bagian dari the


Aga Khan Development Network (AKDN), lembaga induk yang juga menyelenggarakan Aga Khan Award for Architecture.



Aga Khan IV Buka Pusat Kultur Islam di Kanada

Tidak ada komentar:

Posting Komentar