Sabtu, 28 Februari 2015

Kekerasan terhadap perempuan

Kekerasan terhadap anak Kasus kekerasan lagi-lagi kembali terjadi di sekolah. Yang sedang banyak dibicarakan adalah kasus kekerasan yang menimpa seorang siswi SD di Bukit Tinggi. Pelakunya adalah teman-teman sekolahnya sendiri. Lewat pemberitaan dan media sosial, kasus ini menyeruak ke permukaan. Seperti halnya banyak kasus lainnya, kasus ini dapat dikatakan sebagai fenomena gunung es. http://www.intornoamessina.it/news/fonti.php?cerca=www.gurupendidikan.com/ Kasus yang dapat dilihat hanyalah sebagian kecil dari lebih banyak kasus yang terjadi yang mungkin tenggelam dari pengamatan publik. Agresi sendiri tidak dapat dipisahkan dari sejarah kehidupan umat manusia. Dalam beberapa kasus, agresi dibutuhkan untuk mempertahankan diri dan menjaga kelangsungan hidup. Penggunaan agresi untuk kepentingan ini tidak hanya berlaku pada


manusia namun juga berlaku pada mahluk hidup lainnya. Oleh karenanya, dapat dimaklumi penggunaan agresi untuk kepentingan tertentu namun tentu saja bukan untuk dimunculkan dalam segala situasi. Agresi yang muncul dalam situasi yang sebenarnya tidak membutuhkan penggunaan agresi akan memunculkan suatu masalah. Entah diketahui secara terbuka atau tersembunyi, kekerasan akan memberikan dampak yang buruk baik bagi pelaku, korban, maupun lingkungan di sekitarnya. Perilaku agresif dapat muncul secara kurang adaptif di berbagai konteks. Salah satunya adalah dalam konteks pendidikan formal. Pelaku dan juga korbannya adalah mereka yang berada dalam wilayah tersebut yaitu guru, karyawan, bahkan para siswa sendiri. Agresi oleh para siswa


dengan korban siswa lainnya sudah bukan http://www.minnesota.feb.gov/redirect.php?link=www.gurupendidikan.com/ menjadi fenomena yang langka di negri ini. Maraknya perilaku kekerasan di sekolah oleh anak didik sebenarnya tidak muncul begitu saja.



Kekerasan terhadap perempuan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar